Ilustrasi (foto: dream.co.id) |
MediaTangerang.com, - Halimah David, merupakan seorang muslimah asal Amerika Serikat. Dia tertarik pada Islam karena ajarannya yang masuk akal dan mudah dipahami.
Sebelum menemukan Islam, Halimah dibesarkan dalam keluarga yang religius. Orangtuanya sangat ketat mendidik Halimah dalam hal agama.
Semasa masih duduk di sekolah dasar, Halimah banyak membaca kitab suci agamanya. Sekilas dia melihat beberapa pertentangan di dalamnya. Menginjak usia 12 tahun, Halimah mulai tidak memahami ajaran yang ada dalam agamanya.
"Tapi aku sendiri tidak tahu apa yang mesti kulakukan. Aku terus mencari dan mencari, siapa tuhanku yang sebenarnya. Berdoa agar ditunjukkan pintu kebenaran itu. Jujur, aku benar-benar bekerja keras untuk hal ini," kata dia dikutip Dream.co.id dari laman OnIslam.net, Selasa 23 Februari 2015.
Pikiran Halimah dipenuhi dengan segudang pertanyaan kompleks, seperti kenapa manusia diciptakan di dunia dan apa tujuannya Atau jika manusia dan alam semesta ada, berarti ada sesuatu yang lebih besar yang menciptakan mereka, tapi siapa dia.
Memasuki usia 19 tahun adalah masa-masa kritis bagi Halimah dalam pencariannya terhadap agama dan Tuhan.
"Aku banyak melakukan perjalanan ke berbagai tempat di dunia untuk melihat aneka budaya. Hal ini juga sebagian dari proses pencarian tuhan," katanya.
Halimah mempelajari banyak ajaran agama dan budaya dunia. Dia juga sempat mengamati Islam melalui literatur yang ada. Namun saat itu dia tidak terlalu tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam.
Halimah hanya tahu orang Islam menyembah tuhan bernama Allah dan mengakui Muhammad sebagai nabi mereka. Itu saja. Kemudian mereka beribadah dengan melakukan salat lima kali sehari.
"Apa, lima kali sehari. Saat itu aku mulai berpikir, banyak sekali. Kapan bisa kerja atau kuliah jika harus beribadah lima kali setiap hari," begitu batin Halimah saat itu.
Waktu berlalu dan Halimah kembali ke Amerika lagi. Usianya saat itu sudah 21 tahun tapi Halimah masih belum puas dengan semua agama yang telah dipelajarinya.
Kehidupan Halimah pun berjalan hingga dia memutuskan untuk kuliah dan diterima di jurusan kedokteran Universitas Colorado.
Menjadi dokter memang cita-citanya sejak lama. "Konsekuensinya, aku harus pindah dari Michigan ke Colorado. Tapi tak mengapa, demi masa depan," pikirnya.
Saat berangkat ke Colorado, Halimah naik bus umum Greyhound. Perjalanan akan sedikit panjang dan membosankan. Tapi untunglah di sepanjang perjalanan itu Halimah punya teman ngobrol. Dia seorang pemuda yang duduk persis di belakangnya. Ternyata dia juga hendak ke Colorado untuk meneruskan kuliah.
"Namanya Ibrahim, asal dari Afrika. Dia ke Colorado untuk kuliah di jurusan teknik. Kamipun mulai akrab dan berbincang-bincang ke sana kemari untuk menghilangkan rasa jenuh di perjalanan," kata Halimah.
Halimah tertarik ngobrol lebih banyak tatkala Ibrahim menyebut dirinya seorang muslim. Halimah pun bertanya apa itu Islam.
"Ibrahim bercerita orang Islam percaya hanya satu Tuhan yaitu Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Dia juga cerita bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir dan tidak ada lagi nabi yang diturunkan setelahnya. Aku makin tertarik," imbuh Halimah.
Halimah kemudian punya kesimpulan bahwa ajaran Nabi Musa telah disempurnakan oleh ajaran Nabi Isa. Dan, ajaran Nabi Isa telah disempurnakan oleh Islam yang dibawa Nabi Muhammad.
Halimah seakan merasa melihat secercah kebenaran dalam Islam. Ibrahim kemudian memberi Halimah sebuah buku kecil berisi kumpulan zikir dan doa yang sering dibaca muslim.
Beberapa potongan ayat Alquran yang dijadikan doa dan zikir dalam buku kecil tersebut ternyata mampu menggerakkan hati Halimah. Setelah membaca beberapa saat, mata dan hati Halimah seakan telah dibuka lebar-lebar untuk menerima cahaya Islam.
Seketika itu Halimah menoleh pada Ibrahim dan bertanya padanya bagaimana caranya menjadi orang Islam. Ibrahim menjawab Halimah harus mengucapkan syahadat yang isinya mengakui tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.
"Hanya itu? Tapi lalu aku dituntun Ibrahim untuk mengucap kalimat syahadat itu," katanya.
Halimah langsung bersyahadat saat itu juga. Ya, di dalam bus Greyhound, antara Michigan dan Colorado, Halimah telah menjadi seorang muslimah.
"Subhanallah! Setelah berbincang-bincang hanya sekitar lima belas menit dengan Ibrahim, aku menjadi seorang muslim," ujar Halimah mengenang proses keislamannya pada akhir 2001 silam.
Dengan serta merta Halimah kemudian membatalkan perjalanannya ke Colorado. Dia tidak meneruskan kuliah kedokteran namun memutuskan untuk menghabiskan waktu mempelajari agama yang baru dikenalnya itu.
Lalu Halimah pun pindah ke Utah. Di sana dia menemui banyak muslim dan mereka sangat gembira serta menyambut Halimah dengan meriah.
Sebelum menemukan Islam, Halimah dibesarkan dalam keluarga yang religius. Orangtuanya sangat ketat mendidik Halimah dalam hal agama.
Semasa masih duduk di sekolah dasar, Halimah banyak membaca kitab suci agamanya. Sekilas dia melihat beberapa pertentangan di dalamnya. Menginjak usia 12 tahun, Halimah mulai tidak memahami ajaran yang ada dalam agamanya.
"Tapi aku sendiri tidak tahu apa yang mesti kulakukan. Aku terus mencari dan mencari, siapa tuhanku yang sebenarnya. Berdoa agar ditunjukkan pintu kebenaran itu. Jujur, aku benar-benar bekerja keras untuk hal ini," kata dia dikutip Dream.co.id dari laman OnIslam.net, Selasa 23 Februari 2015.
Pikiran Halimah dipenuhi dengan segudang pertanyaan kompleks, seperti kenapa manusia diciptakan di dunia dan apa tujuannya Atau jika manusia dan alam semesta ada, berarti ada sesuatu yang lebih besar yang menciptakan mereka, tapi siapa dia.
Memasuki usia 19 tahun adalah masa-masa kritis bagi Halimah dalam pencariannya terhadap agama dan Tuhan.
"Aku banyak melakukan perjalanan ke berbagai tempat di dunia untuk melihat aneka budaya. Hal ini juga sebagian dari proses pencarian tuhan," katanya.
Halimah mempelajari banyak ajaran agama dan budaya dunia. Dia juga sempat mengamati Islam melalui literatur yang ada. Namun saat itu dia tidak terlalu tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam.
Halimah hanya tahu orang Islam menyembah tuhan bernama Allah dan mengakui Muhammad sebagai nabi mereka. Itu saja. Kemudian mereka beribadah dengan melakukan salat lima kali sehari.
"Apa, lima kali sehari. Saat itu aku mulai berpikir, banyak sekali. Kapan bisa kerja atau kuliah jika harus beribadah lima kali setiap hari," begitu batin Halimah saat itu.
Waktu berlalu dan Halimah kembali ke Amerika lagi. Usianya saat itu sudah 21 tahun tapi Halimah masih belum puas dengan semua agama yang telah dipelajarinya.
Kehidupan Halimah pun berjalan hingga dia memutuskan untuk kuliah dan diterima di jurusan kedokteran Universitas Colorado.
Menjadi dokter memang cita-citanya sejak lama. "Konsekuensinya, aku harus pindah dari Michigan ke Colorado. Tapi tak mengapa, demi masa depan," pikirnya.
Saat berangkat ke Colorado, Halimah naik bus umum Greyhound. Perjalanan akan sedikit panjang dan membosankan. Tapi untunglah di sepanjang perjalanan itu Halimah punya teman ngobrol. Dia seorang pemuda yang duduk persis di belakangnya. Ternyata dia juga hendak ke Colorado untuk meneruskan kuliah.
"Namanya Ibrahim, asal dari Afrika. Dia ke Colorado untuk kuliah di jurusan teknik. Kamipun mulai akrab dan berbincang-bincang ke sana kemari untuk menghilangkan rasa jenuh di perjalanan," kata Halimah.
Halimah tertarik ngobrol lebih banyak tatkala Ibrahim menyebut dirinya seorang muslim. Halimah pun bertanya apa itu Islam.
"Ibrahim bercerita orang Islam percaya hanya satu Tuhan yaitu Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Dia juga cerita bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir dan tidak ada lagi nabi yang diturunkan setelahnya. Aku makin tertarik," imbuh Halimah.
Halimah kemudian punya kesimpulan bahwa ajaran Nabi Musa telah disempurnakan oleh ajaran Nabi Isa. Dan, ajaran Nabi Isa telah disempurnakan oleh Islam yang dibawa Nabi Muhammad.
Halimah seakan merasa melihat secercah kebenaran dalam Islam. Ibrahim kemudian memberi Halimah sebuah buku kecil berisi kumpulan zikir dan doa yang sering dibaca muslim.
Beberapa potongan ayat Alquran yang dijadikan doa dan zikir dalam buku kecil tersebut ternyata mampu menggerakkan hati Halimah. Setelah membaca beberapa saat, mata dan hati Halimah seakan telah dibuka lebar-lebar untuk menerima cahaya Islam.
Seketika itu Halimah menoleh pada Ibrahim dan bertanya padanya bagaimana caranya menjadi orang Islam. Ibrahim menjawab Halimah harus mengucapkan syahadat yang isinya mengakui tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.
"Hanya itu? Tapi lalu aku dituntun Ibrahim untuk mengucap kalimat syahadat itu," katanya.
Halimah langsung bersyahadat saat itu juga. Ya, di dalam bus Greyhound, antara Michigan dan Colorado, Halimah telah menjadi seorang muslimah.
"Subhanallah! Setelah berbincang-bincang hanya sekitar lima belas menit dengan Ibrahim, aku menjadi seorang muslim," ujar Halimah mengenang proses keislamannya pada akhir 2001 silam.
Dengan serta merta Halimah kemudian membatalkan perjalanannya ke Colorado. Dia tidak meneruskan kuliah kedokteran namun memutuskan untuk menghabiskan waktu mempelajari agama yang baru dikenalnya itu.
Lalu Halimah pun pindah ke Utah. Di sana dia menemui banyak muslim dan mereka sangat gembira serta menyambut Halimah dengan meriah.
0 Komentar