Orang Sibuk Pun Bisa Menghafal Al-Quran

MediaTangerang.com, - Ternyata menghafal Al-Quran itu bukan monopoli orang-orang tertentu, persepsi yang mengatakan bahwa menghafal Al-Quran itu harus belajar di pesantren dulu tidak sepenuhnya benar, karena latar belakang umum dan dari berbagai profesi tidak menghalangi seorang muslim untuk menghafal Al-Quran.

Hal itu terungkap saat bedah buku “Agar Sehafal Al-Fatihah” karya Arham Yasin yang diselenggarakan oleh Bidang Kaderisasi (BK) Dewan Pengurus Cabang (DPC) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Serpong Utara di Masjid Baitul Hanif, Pakujaya, Serpong Utara, Tangerang Selatan, Ahad (22/6).

Arham Yasin, penulis dan narasumber bedah buku ini menyatakan, buku trik dan tips jitu menghafal Al-Quran sekuat hafalan Al-Quran merupakan pengalaman pribadinya, maka yang dipaparkan berdasarkan fakta dan realistis. Bukan konsep ideal namun susah direalisasikan.

“Saya tidak memaparkan konsep ideal tapi sulit dipahami, namun berusaha memberikan pencerahan bahwa menghafal Al-Quran itu mudah bagi siapapun, dan bukan monopoli siapapun, baik yang mau menghafal secara keseluruhan maupun sebagian,” kata Al-Hafidz yang bersanad ke-33 sampai ke Rasulullah SAW ini.

Arham Yasin mengatakan, kemudahan menghafal Al-Quran bukan melalui kiat-kiat menghafal, tapi manual. Kita ingin menghafal Al-Quran, tapi kita tidak melakukan apapun, misalnya apakah kita bisa menghafal Al-Quran tanpa muraja’ah (setoran hafalan)? Tentu ini sebuah pola ikhtiar yang harus terus diupayakan.

“Kesuksesan menghafal Al-Quran bukan semata-mata faktor teknis. Faktanya tidak demikian, karena ada faktor non teknis juga menentukan kemudahan seseorang untuk menghafal Al-Quran,” ujar pria yang pernah mengikuti Sertifikasi Guru Tahfidh Quran oleh Badan Tahfidh Al-Quran Internasional dengan predikat peserta terbaik ini.

Faktor pertama non teknis tersebut yaitu keikhlasan, Arham Yasin menjelaskan, orang yang belajar menghafal Al-Quran tanpa niat ikhlas maka akan berhenti di tengah jalan. Karena keikhlasan akan memunculkan semangat dan ketahanan seorang muslim dalam menjalankan setiap perintah Allah dengan maksimal.

“Keikhlasan dalam menghafal Al-Quran akan sangat kuat jika didasari dengan pemahaman yang kuat tentang keutamaan menghafal Al-Quran. Dengan pemahaman tersebut kita memiliki rasa harap yang besar atas kemuliaan tersebut di sisi Allah SWT, serta bersemangat untuk mengejarnya,” paparnya.

Faktor kedua yaitu mujahadah (bersungguh-sungguh), Arham Yasin mengungkapkan, mujahadah semata-mata untuk memantaskan diri di hadapan Allah SWT, agar kita diberi kemudahan dalam menghafal. Jika kita serius dan bersungguh-sungguh maka Allah akan memudahkannya, seperti janji Allah SWT dalam Surat Al – Ankabut ayat 69.

“Kemudahan menghafal itu tidak terkait dengan tingkat kecerdasan. Tapi semata mau atau tidak mau menghafal. Bukan pinter atau tidak pinter.” ungkap pria yang menyelesaikan Magister Hukum di Universitas Indonesia Jurusan Hukum Tata Negara ini.

Kemudian, faktor ketiga yaitu sabar dan istiqomah, menurutnya, dengan mujahadah saja tidak cukup kalau tidak dibarengi dengan sabar dan istiqomah. Sebagian kita membayangkan bahwa istiqomah itu jalannya lurus-lurus saja. kita membayangkan menghafal Al-Quran itu tanpa ada godaan.

“Padahal istiqomah itu jalannya banyak masalah seperti sibuk, jadwal yang padat dan nyaris tak ada waktu untuk menghafal. Tapi kondisi yang tidak ideal tidak menghalangi orang untuk menghafal,” ujarnya.

Selain faktor non teknis, menurut penelitiannya selama 10 tahun, bagi Anda yang memiliki kesibukan padat, waktu tidak harus lama. Satu jam setiap hari untuk Al-Quran sudahlah cukup. Kata kuncinya ada tiga yakni: ditetapkan, prime time dan dipatuhi. Menurut Arham Yasin, wajud perhatian khusus terhadapa Al-Quran adalah memberikan waktu khusus untuk Al-Quran setiap hari, baik membaca, menghafal maupun menjaganya.

“Kita harus menetapkan waktu khusus untuk melaksanakannya. Apabila kita sudah menetapkan, berikutnya adalah mematuhi dan konsisten. Lebih-lebih bagi orang yang memiliki banyak aktivitas, tentu hal ini sangat penting untuk diperhatikan,” jelasnya.

Misalnya, Anda menetapkan satu jam ba’da Subuh, satu jam sebelum Subuh, waktu antara Maghrib dan Isya, pukul 9 sampai 10 pagi dan seterusnya dengan kondisi masing-masing. Tanpa jadwal tetap, berapa pun waktu tidak akan terbagi untuk Al-Quran. Sebab, orang pasti punya banyak kesibukan dan keinginan.

“Tindak lanjut dari acara ini adalah terbentuknya lembaga Tahfidh Quran di Serpong Utara ba’da Syawal. Alhamdulillah kami memiliki dua kader yang sudah hafidzoh dan siap mengajar Al-Quran untuk ibu-ibu, dan ini terbuka untuk umum,” imbuh Slamet Suwanto, Ketua Bidang Kaderisasi DPC PKS Serpong Utara.
 
Kontributor: Cipto

Posting Komentar

0 Komentar