Kapolda Banten, Brigjen Pol Boy Rafli Amar |
Ratusan pelabuhan tikus tersebut tersebar di sepanjang 500 kilometer garis pantai yang ada di Provinsi Banten. Wilayah yang kerap menjadi akses keluar masuk imigran gelap tersebut antara lain Anyer, Panimbang, dan Sumur.
"Banten menjadi pintu masuk dan keluar kasus people smugling," kata Kapolda Banten, Brigjen Pol Boy Rafli Amar seperti dilansir Kabar6.com, Jum'at (4/9/2015).
Selain memiliki garis pantai yang sangat panjang, Banten juga dilalui oleh Samudra Hindia yang selama ini menjadi salah satu arus lalu lintas yang ramai akan kedatangan imigran gelap.
Karena itu, Banten mendapatkan perhatian serius terkait kasus ini. Sejumlah negara di Asia Tenggara bahkan telah melakukan pembahasan guna mecari solusi imigran gelap.
"Kedatangan imigran gelap ini dikoordinir oleh penyelundup yang meminta biaya untuk menyewa kendaraan berupa minibus, bus dan truk beserta sopirnya. Jalur yang dilalui melalui Tol Jakarta-Merak, keluar Serang Timur menuju pesisir pantai di wilayah Pandeglang," kata Kapolda.
Di Pandeglang, lanjut Kapolda, para imigran menyebrang menggunakan kapal motor yang bocor agar di tengah perjalanan kapal tenggelam dan ditolong oleh kapal besar untuk kemudian transit di Pulau Tinjil, Pulau Panaitan dan Pulau Popolei yang kemudian diangkut menggunakan kapal besar ke Christ Island.
0 Komentar