MediaTangerang.com, - Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang menyatakan produksi kompos di Kota Tangerang tiap bulan mencapai 25 ton. Kompos yang dihasilkan dari sampah organik ini kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Ivan Yulianto, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Tangerang, mengatakan produksi kompos tersebut masih lebih rendah dari total permintaan masyarakat yang mencapai 30 ton per bulan.
“Produksi kompos dilakukan di tempat pembuangan akhir (TPA) Rawa Kucing. Kompos ini dikemas dalam karung 20 kg untuk dibagikan kepada masyarakat,” ujarnya di Kota Tangerang seperti dikutip Bisnis.com, Rabu (25/2/2015).
Oleh karena itu, untuk memenuhi seluruh permintaan masyarakat, pihaknya terus melakukan uji coba dan inovasi untuk menghasilkan kompos yang lebih berkualitas, salah satu fermentasi menggunakan ampas kopi.
Sugiharto Achmad Bagja, Sekretaris DKP mengatakan uji coba pengomposan dengan ampas kopi yang dilakukan oleh pihaknya telah memasuki hari ke-26 dari total proses 40 hari. Setelah ini proses fermentasi akan dievaluasi evaluasi.
“Sekarang sudah masuk hari ke-26, setelah 40 hari proses fermentasi selesai akan evaluasi hasilnya,” ujar Sugiharto.
Perkembangan pengomposan sampah menggunakan ampas kopi, lanjutnya, berjalan baik. Dalam uji coba awal, pada hari ke 26 dari total tinggi sampah organik 1,5 meter dengan panjang 2 meter dan lebar 1,2 meter, menyusut menjadi ketinggian 50 cm.
Menurutnya, uji coba ini menggunakan sampah sebanyak empat unit truk atau setara dengan 800 kg dan ampas kopi sebanyak 50 kg pe rsatu windrow atau tumpukan. Proses ini menjadi inovasi dalam meningkatkan kualitas kompos dari sebelumnya menggunakan serbuk gergaji.
Dia mengatakan penggunaan ampas kopi dalam proses fermentasi sampah dapat mengurangi bau yang ditimbulkan serta meningkatkan kualitas kompos bagi tanaman. Sejauh ini dengan proses pengomposan yang lama, DKP dapat menghasilkan satu ton kompos setiap hari.
Ivan Yulianto, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Tangerang, mengatakan produksi kompos tersebut masih lebih rendah dari total permintaan masyarakat yang mencapai 30 ton per bulan.
“Produksi kompos dilakukan di tempat pembuangan akhir (TPA) Rawa Kucing. Kompos ini dikemas dalam karung 20 kg untuk dibagikan kepada masyarakat,” ujarnya di Kota Tangerang seperti dikutip Bisnis.com, Rabu (25/2/2015).
Oleh karena itu, untuk memenuhi seluruh permintaan masyarakat, pihaknya terus melakukan uji coba dan inovasi untuk menghasilkan kompos yang lebih berkualitas, salah satu fermentasi menggunakan ampas kopi.
Sugiharto Achmad Bagja, Sekretaris DKP mengatakan uji coba pengomposan dengan ampas kopi yang dilakukan oleh pihaknya telah memasuki hari ke-26 dari total proses 40 hari. Setelah ini proses fermentasi akan dievaluasi evaluasi.
“Sekarang sudah masuk hari ke-26, setelah 40 hari proses fermentasi selesai akan evaluasi hasilnya,” ujar Sugiharto.
Perkembangan pengomposan sampah menggunakan ampas kopi, lanjutnya, berjalan baik. Dalam uji coba awal, pada hari ke 26 dari total tinggi sampah organik 1,5 meter dengan panjang 2 meter dan lebar 1,2 meter, menyusut menjadi ketinggian 50 cm.
Menurutnya, uji coba ini menggunakan sampah sebanyak empat unit truk atau setara dengan 800 kg dan ampas kopi sebanyak 50 kg pe rsatu windrow atau tumpukan. Proses ini menjadi inovasi dalam meningkatkan kualitas kompos dari sebelumnya menggunakan serbuk gergaji.
Dia mengatakan penggunaan ampas kopi dalam proses fermentasi sampah dapat mengurangi bau yang ditimbulkan serta meningkatkan kualitas kompos bagi tanaman. Sejauh ini dengan proses pengomposan yang lama, DKP dapat menghasilkan satu ton kompos setiap hari.
0 Komentar