“Sekarang penjualan sepi, karena ongkos
transport barang mahal. Ini malah harga sewa dinaikkan. Bisa-bisa pemasukkan
kita cuma bisa buat bayar sewa, nggak bisa buat makan,” ujar Siswanto dikutip
dari laman Tangerangnews.com.
Lebih lanjut Siswanto mengatakan “Harga sewa
bervariasi tergantung luas lapak. Untuk ukuran 2x3 meter, saat ini harganya Rp
1,8 juta per bulan. “Saya sendiri menempat dua lapak, sewanya per Rp3,6 juta
per bulan,” katanya.
Sebelumnya pihak managemen Pasar Induk Tanah
Tinggi sudah menaikkan harga sewa pada tahun lalu sekitar 15 persen. Meski pedagang
memprotes, namun tidak ditanggapi. Saat ini para pedagang sudah tidak bisa
menerima karena harga yang mencekik.
“Kita masih menawar harga, kita pengennya 5 persen
saja. Kalau terlalu berat kita rugi,” tukasnya.
Keberatan ini juga dirasakan oleh pedagang yang
lain. Pedagang menilai tanggapan pihak managemen terhadap tuntutan mereka
selama ini sangat arogan dan tidak memikirkan nasib para pedagang yang
notabenennya adalah rakyat kecil.
“Untuk protes saja harus sampaikan surat secara resmi.
Bahkan kalau tidak setuju, kami disuruh keluar. Kami ini pedagang, orang susah.
Mana ngerti kayak gitu. Karena itu nanti kita akan minta tolong LBH untuk
membantu secara hukum,” paparnya.
Plt Kepala Pasar Tanah Tinggi Pandu Wibowo
mengatakan kenaikan harga sewa lapak ini untuk pembenahan karena Pasar Induk
Tanah Tinggi kerap didatangi Menteri dan pejabat negara. Pasar yang memiliki
1500 lapak ini juga menjadi proyek percontohan managemen pasar di Indonesia.
“Ini untuk pembenahan serta peningkatan fasilitas
sarana dan prasarana. Supaya lebih nyaman,” pungkasnya. (HA)
Ilustrasi tangerangnews.com
0 Komentar