MediaTangerang.com, - Keterbatasan fisik bukan penghalang untuk menghafal Alquran. Inilah yang ditunjukkan 125 tunanetra di Masjid Al Barakah, Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Pada Sabtu pekan lalu, orang-orang yang tak mampu melihat ini berbondong setor hafalan Alquran.
Dikutip Dream dari laman Daarul Quran, Senin 18 Mei 2015, mereka berasal dari tiga rumah tahfidz, yakni rumah tahfidz Nurul Qolbi Bogor, Kreo, dan Cinere. Ketiga rumah tahfidz itu berada di bawah naungan Daarul Quran.
Kaum tunanetra penghafal Alquran ini berasal dari berbagai latar profesi. Ada yang menjadi tukang pijat, ada pula yang berdagang kerupuk keliling. Di sela kesibukan, mereka menghafal Alquran. Setiap pekan, mereka berkumpul di rumah tahfidz untuk setoran hafalan dan perbaikan bacaan.
“Alhamdulillah program rumah tahfidz khusus tunanetra sudah berjalan lebih dari dua tahun. Subhanallah, semangat menghafal mereka sangat besar,” ujar Muhammad Nasihin, Penanggungjawab Program Rumah Tahfidz PPPA.
Menurut Nasihin, ujian tahfidz ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana tingkat bacaan dan hafalan para santri di rumah tahfidz.
Salah satu santri dari rumah tahfidz Nurul Qolbi mengaku sudah dua tahun masuk ke rumah tahfidz. Tukang pijat ini termotivasi belajar dan menghafal Alquran agar memiliki bacaan yang baik saat jadi imam salat.
“Saya memotivasi diri bahwa menghafal Alquran adalah kewajiban. Setiap hari saya selalu menyempatkan untuk menghafal Alquran. Alhamdulillah, sejak di rumah tahfidz ada yang membimbing bacaan dan hafalan saya,” kata pria asal Sumatera Barat ini. Bagi Ibrahim, menjadi tunanetra bukanlah halangan untuk menghalaf Alquran. Dia mengaku banyak sekali keuntungan yang didapat dari menghafal Alquran.
Dikutip Dream dari laman Daarul Quran, Senin 18 Mei 2015, mereka berasal dari tiga rumah tahfidz, yakni rumah tahfidz Nurul Qolbi Bogor, Kreo, dan Cinere. Ketiga rumah tahfidz itu berada di bawah naungan Daarul Quran.
Kaum tunanetra penghafal Alquran ini berasal dari berbagai latar profesi. Ada yang menjadi tukang pijat, ada pula yang berdagang kerupuk keliling. Di sela kesibukan, mereka menghafal Alquran. Setiap pekan, mereka berkumpul di rumah tahfidz untuk setoran hafalan dan perbaikan bacaan.
“Alhamdulillah program rumah tahfidz khusus tunanetra sudah berjalan lebih dari dua tahun. Subhanallah, semangat menghafal mereka sangat besar,” ujar Muhammad Nasihin, Penanggungjawab Program Rumah Tahfidz PPPA.
Menurut Nasihin, ujian tahfidz ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana tingkat bacaan dan hafalan para santri di rumah tahfidz.
Salah satu santri dari rumah tahfidz Nurul Qolbi mengaku sudah dua tahun masuk ke rumah tahfidz. Tukang pijat ini termotivasi belajar dan menghafal Alquran agar memiliki bacaan yang baik saat jadi imam salat.
“Saya memotivasi diri bahwa menghafal Alquran adalah kewajiban. Setiap hari saya selalu menyempatkan untuk menghafal Alquran. Alhamdulillah, sejak di rumah tahfidz ada yang membimbing bacaan dan hafalan saya,” kata pria asal Sumatera Barat ini. Bagi Ibrahim, menjadi tunanetra bukanlah halangan untuk menghalaf Alquran. Dia mengaku banyak sekali keuntungan yang didapat dari menghafal Alquran.
0 Komentar